Laman

Sabtu, 28 Desember 2013

Lawang Sewu, "I See"

 
Sabtu Malam...
Bisa dibilang biasa aja sih tapi kepikiran kok suwung amat ya cuma berdiam diri di kosan, temen temen pada pulang kampus dan eyke tetep jadi penjaga setia Tembalang tercinta, ulala...
Bingung mau kemana, masa mau stay di kosan aja trus nonton film mulu?-___- kebayang dan mulai kerasa ini mata udah anteng dan terbiasa di pakein kaca mata, blur kalo kaca mata di lepas. Dan jujur, gak asik kalo kaca mata tetep nyantol. Rasanya ada yg ganjel gak jelas gitu, ah entahlah~

Syukurlah denger kabar kalo mbak kosan mau ngajak jalan jalan sepupu nya dari Lampung yg lagi liburan di Semarang :D muehehehehe tujuan nya adalah LAWANG SEWU dan TUGU MUDA.
Udah pernah sih ke sana, tapi demi menyenangkan tamu tercinta dan alasan lainnya adalah selama aku di Semarang, jujur, aku belum pernah masuk dan beli tiket masuk untuk ke Lawang Sewu hahaha-___- masuk sih ke Lawang Sewu tapi cuma sebatas sumur gede yg di depannya itu lho T..T syediih amat kayaknya ya ckck
Karena hujan, hampir rencana batal. Tapi Allah berkehendak lain, kaki harus tetap melangkah ketika hujan reda wkekekek. Otw dengan selamat, asik liat pemandangan kota dan keramaian manusia dan itu "...", jajanan gerobak, ramainya lalu lintas, hitungan angka berwarna merah dan hijau, bergantinya warna lampu merah kuning hijau, dan dan dan seperti itu lah...
Dan... tereeeeeeng!!! tetetereretetetetet. Hasil jepretan selintas muehehe :3
Mba Orin, mba Nana, Neni, Mentari
Tiket udah ditangan, tiket seharga Rp.7.500,00. Waktunya berkeliling tanpa seorang pemandu haha cerita nya lagi males, ya, males nipisin dompet hahaha-__- keliling liat liat trus cari objek foto yang bagus, trus masuk di gedung apa gitu ya aku lupa namanya. Tapi sempet foto kok, liat deh yang di bawah ini...
Mentari, mba nana, neni
Liat foto foto yang ada di gendung itu, dan gak sengaja liat buku tamu yang penuh dengan oretan makna dari pengunjung. Gak mau kalah ngeksis, dan akhirnya aku ikutan nulis hahaha tanggal, nama, asal, impression, dan ttd.
Lanjut keliling, dan iseng sama foto ini lagi :D
Trus lanjut dengan keliling dan liat liat ruang bawah tanah, horor, mistis, sepanjang perjalanan dibuat merinding, gelap, becek, basah, pengap/sumuk, pokoknya menantang abis. Gak afdol kalo ke lawang sewu gak ngunjungin ruang bawah tanah. ACTION!!!

You know, ngebahas masalah buku tamu yang aku isi di salah satu gedung yang aku kunjungin setelah beli tiket masuk. Aku iseng banget sumpah deh. Gak ngerti kok bisa kepikiran dan bisa ini tangan nulis di kolom ke 4, gini isinya, "Akhirnya ke Lawang Sewu juga, semoga bisa liat hantu." - kira kira gitu.. Oh my god, apa pendapat kamu? Keisengan itu terjawab, impression yang aku tulis itu kenyataan.
Niat mau motoin Mentari, sekali, dua kali, flash nyala tapi foto gak ke ambil sama sekali. Dan untuk ketiga kalinya, flash tetap nyala tapi penampakan yg gak aku harapkan nampak malah memunculkan rupa nya. Astaghfirullah, sempet kaget dan nangis di bahu kiri mba nana. Allahu akbar, merinding dan gak kuat mau nulis kejadian tadi di sini. Lain kali aku ceritain deh :) Berat banget rasanya ini tangan.

Makhluk lain pun ingin dihormati, jangan takut, percaya lah Allah selalu bersama kita. Thanks mba nana, mba orin dan kamu mentari. Terima kasih buat pengalaman dan seru seruannya, ALWAYS REMEMBER :)

Jumat, 27 Desember 2013

Setara Saja

Kaki berjalan, tak tentu arah yang dituju
Hanya mengikuti panduan
Bayangan yang kadang terlihat buram saat memandangnya
Tujuan yang membuat diri harus mengungkapkan sebuah jawaban
Lihatlah...
Memang tak kumuh, hanya kurang tertata
Ramai nya bayangan yang terlihat di bawah sinar fajar
Bising, busuk, wangi, dan tak terlalu padat
Pameran yang di perlihatkan dengan harga yang sangat terjangkau
Betapa banyak peminat yang enggan untuk saling sapa lembut
Terlihat ego bagai memutar di atas sebuah tengkorak dilapisi daging
Setara...
Kaya, sederhana dan dibilang tak kaya.
nsw

Kamis, 26 Desember 2013

Ring and Love

Kekuatan cincin, masih dipertanyakan apakah benar adanya. Tak sedikit film yang mengangkat kisah tentang keajaiban sebuah cincin yang luar biasa dampaknya untuk kehidupan. Ini terjadi dan benar adanya kisah yang dimulai dan entah bagaimana ending dari kisah tersebut.
            “Gue baru selesai nonton Lord of The Ring 1,2,3. Demi itu film, rela deh begadang dan liat deh mata panda keliatan banget nih,” keluh senang Vinna sambil mendaratkan pipinya di atas meja kantin.
            “Kapan sih lu gak ngabisin waktu lu buat nonton itu film? Kayaknya lu seneng banget sama film tentang ring-ring dan semacamnya itu. Ngebet mau dilamar?” sibuknya Benta dengan kaca tapi masih fokus melontarkan ucapannya pada temannya itu.
            “Apaan sih! Cuma tertarik dan seneng aja. Cerita filmnya juga oke, apa salahnya?” masih asik dengan posisi pipi di atas meja.
            Ada sangkut pautnya antara film yang menceritakan tentang cincin dengak kehidupan Vinna. Tepat dijari kelingking tangan kirinya, terdapat cincin perak polos. Ketika usianya masih tujuh tahun, cincin itu masuk di jari tengah tangan kirinya tanpa dia paham siapa anak yang memberi cincin itu.
--
            Di bawah langit orange yang sangat indah tapi menampakkan sebuah misteri dari awan yang terbentuk di langit, menandakan bahwa hari akan gelap dan waktu untuk menghentikan aktivitas bermain.
            Taman bermain di kompleks perumahan itu sudah sepi, hanya ada Vinna yang sedang mengambil sampah tersisa untuk dimasukkan ke dalam tong sampah. Pemandangan berubah seketika, sesosok anak laki-laki menghampiri Vinna, sontak membuat anak kecil ini kaget dan takut.
            “Kamu lagi ngapain? Aku udah mau pulang.” Jelas Vinna.
            Tak ada jawaban yang terdengar yang diharapkan Vinna, tapi pikirnya tak mungkin dia meninggalkan anak laki-laki itu sendiri, sedangkan langit akan gelap.
            “Kamu mau kemana?”
            Tak ada jawaban yang dikeluarkan anak laki-laki itu. Tapi hanya sebuah gerakan badan, anak itu menarik tangan kiri Vinna dan memasukkan sebuah cincin di jari tengah Vinna. Tiba-tiba suara klakson mobil terdengar, anak laki-laki itu langsung berlari menuju mobil tanpa ada sebuah ucapan atau salam perpisahan pada Vinna. Hanya memandang ke arah mobil, lama dan semakin lama, mobil itu hilang bagai di telan cahaya langit yang mulai memudar, membuat jalan semakin gelap.
            Vinna pulang dengan pertanyaan tak sampai yang seharusnya dilontarkannya pada anak itu, mata Vinna masih tertuju ke cincin yang ada di jari tengah tangan kirinya itu. Jawaban yang dia dapat tentang cincin itu adalah anak laki-laki itu memberikan cincin sebagai hadiah ulangtahun Vinna. Karena seminggu yang lalu adalah ulang tahun Vinna. Semenjak kejadian itu, Vinna tidak pernah memikirkannya. Hanya abaian yang dia lakukan tentang kejadian itu, tapi cincin itu tak dibuang. Masih ada di jarinya.
--
 Sudah 13 tahun berlalu dari kejadian itu, tapi Vinna masih menyimpan dan memakai cincin yang sekarang ada di jari kelingkingnya. Vinna sudah tumbuh dewasa, hidup sebagai mahasiswi semester 2 di Fakultas Ekonomi salah satu Universitas Negeri di kota Semarang.
“Besok ada dosen gak, Gin?” tanya Vinna.
“Besok kuliah kosong, ke kosan gue yaa.. Kita ngerujak,” jawab cepat Gina sambil memperlihatkan jari telunjuknya berdiri diatas kepalanya.
“Ide bagus, jam 11-an aja ya?” Saut Benta.
“Okay!”
Selesai kuliah hari itu, Vinna, Gina, Benta, dan Tasya pergi ke toko buku yang bisa dibilang lumayan jauh dari daerah kampus mereka. Biasanya, setelah mencari dan membaca buku, mereka akan melanjutkan makan di tempat favorit mereka.
“Liat cowok itu, Ben.” Vinna menunjuk ke arah cowok yang berdiri di sudut rak buku.
“Ganteng, Vin,” jawab Benta sambil menatap Vinna dengan mata berkaca. “Lu kenal dia? Atau dia cowok yang lagi lu taksir, Vin?” goda Benta.
“Gila lu, Ben. Itu cowok daritadi kayaknya ngikutin gue mulu.” Asiknya mereka bergosip, tiba-tiba..
“Ngomongin gue, ya?” Jo datang, sontak membuat Vinna dan Benta kaget.
“Astaga! Lu ngagetin gue aja. Ge-er banget sih, kita lagi asik ngomongin buku kok.” Jawab Vinna dengan cetus sambil memperlihatkan novel yang sedang ia pegang.
“Gue Jonathan, panggil aja Jo.”
Karena kejadian barusan, mereka malah menjadi dekat. Tak lagi asik dengan buku yang dicari, malah asik ngobrol.
“Lo sendiri aja, Jo?” Tanya Vinna sibuk melihat sekeliling Jo.
“Sama temen kok, sebentar lagi dia ke sini.”
“Oh,” jawab Vinna belum selesai, tiba-tiba sesosok laki-laki menghampiri mereka.
“Udah selesai, Jo? Buru balik, anak-anak pada nungguin kita buat latihan,” ajak Uki dan langsung meninggalkan Vinna dan Benta.
Setelah pertemuan itu, mereka tak pernah bertemu lagi. Tapi Vinna merasakan sesuatu ketika kehadiran Jo dan Uki di hadapannya. Vinna tak menyadari apapun itu, tapi entah untuk kedua laki-laki yang bertemu dengannya di toko buku kemarin.
“Sya, gue ntar duluan ya. Soalnya mau ke perpus dulu.”
“Oke, buk.” Jawab singkat Tasya.
Saat masuk ke perpus kampus, Vinna merasakan getaran dan hawa yang berbeda dan tak asing baginya. Sibuk mencari buku yang dicari, berjalan dan mengelilingi setiap rak buku yang tingginya dua kali lipat dari tinggi badannya. Perasaan itu hadir lagi, seperti ada bayangan orang yang semakin lama semakin mendekati Vinna. Dengan rasa takut dan gugup, badan Vinna sedikit bergetar, dan tiba-tiba..
Dreeett..Dreeeett..
Suara getar dari Hp Vinna, membuat dia harus sedikit melompat karena kaget dan mengakhiri ketakutannya di balik suara Gina di telpon.
“Vin, lo dimana? Ada cowok yang nyariin lo nih, namanya, Jonathan.”
“Jo?”
“Lo kenal? Cepet ke kantin, gue sama anak-anak di sini.”
Mampus!!! Apaan lagi nih, kenapa tiba-tiba Jo bisa di kampus dan nyariin Vinna. Dengan buru-buru, Vinna langsung ke kampus dan meninggalnya banyak pertanyaan tentang bayangan yang ada di perpus tadi.
Kedatangan Jo ke kampus hanya untuk memberikan buku yang sedang Vinna cari dan tak dapat ditemukan oleh Vinna
“Syukurlah, thanks, Jo!”
Setelah hari itu, Vinna dan Jo sering bertemu dan menghabiskan waktu bersama saat weekend. Pergi makan, ke toko buku, ngobrol di Cafe favorit. Sampai pada akhirnya, Jo mengungkapkan cinta kepada Vinna.
“Maaf, Jo. Aku masih asik temenan sama kamu,” Vinna menjawab dengan keraguan di mata nya .
Mungkin inilah yang dinamakan kutukan, sebuah kutukan cincin yang masih mengelilingi jari kelingking Vinna.
“Mau sampe kapan lu jomblo gini, Vin? Kurang apa Jo di mata lo? Keren, ganteng, baik, asik, kece. Trus?”
“Emang, tapi rasanya masih ada yang ngeganjel.”
“Apa? Karena cincin? Buang aja itu cincin, dikutuk lu sama itu cincin.” Gina melontarkan kalimat dengan nada agak kesal.
Vinna memasang muka heran dan penasaran ke arah cincin di jari kelingkingnya itu, benar-benar ini cincin kutukan. Setiap ada yang menyatakan cinta kepada Vinna, pasti Vinna akan menolaknya.
--
Dua bulan berlalu..
Weekend tiba, Vinna dan ketiga temannya nongkrong di Cafe biasanya, memesan secangkir cappucino cokelat dan roti bakar keju susu bertabur meses di atasnya. Vinna melihat seorang yang dua bulan lalu baru menyatakan cinta padanya, sedang asik bertukar cerita dengan teman sebelahnya, dan asik memainkan gitar.
“Vin, proposal kegiatan ini bener gak? Gue masih ragu nih, kan biasanya lu sering ngurusin proposal acara kampus,” Tasya memberikan proposal ke Vinna, tapi Vinna tak meliriknya sama sekali. “Vin!” Masih tak ada jawaban, “Vinna!” Tasya memukul bahu Vinna, sontak membuat Vinna kaget.
“Ya, maaf, Jo.” Jawab Vinna langsung melirik Tasya. Dan membuat ketiga temannya itu ketawa terbahak-bahak. Dan membuat perhatian Jo dan temannya mengarah ke tempat duduk yang sedang di tempati Vinna.
Sorry, sorry. Gue gak fokus.” Dengan muka bego, Vinna sambil menggaruk-garuk kepalanya. Dan tak disangka, Jo memperhatikannya.
“Gimana gak fokus, kan yang diliat cowok ganteng yang ada di pojok sana,” goda Gina masih dengan tawa gelinya.
“Apaan sih, gak kok!” Vinna dengan wajah malu langsung permisi ke toilet.
Semenjak kejadian itu, Vinna sering merasakan sebuah keraguan. Keraguan di mata laki-laki yang sering menatapnya dengan tatapan tajam. Bukan Jo, tetapi Uki. Sebuah tolakan cinta yang ini berbeda, ketika Jo mengungkapkan cintanya, Vinna menolak dengan cepat. Karena saat kejadian itu berlangsung, rasanya ada bayangan sesosok yang tak dikenal dan sebuah cincin yang muncul di pikiran Vinna.
--
“Vinna masih memakai cincin itu, Jo.” Uki memulai pembicaraan.
“Ya, masih terlihat sangat jelas.” Pandangan Jo sangat kosong, terdiam dan sangat lemas.
“Rasanya bahagia melihat dia masih memakainya, mungkin dia gak bisa melupakan anak yang memberikannya cincin itu.”
“Sudahlah, Ki. Lagipula dia udah nolak gue secara terang-terangan.”
--
Siang yang terik, matahari mulai merangkak dengan pelan dan membagikan kekuatan berupa rasa hangat dan panas. Vinna berniat bertemu dengan Uki, ya, menghampiri kampus Uki dan Jo, terlihat tulisan Teknik Sipil di depan gedung itu.
“Hai. Uki?” sapa dinginnya Vinna sambil melambaikan tangan.
“Ya, ada urusan apa?”
“Bisa kita ngobrol sebentar?”
“Gue? Bukannya Jo?”
“Bukan.”
Vinna dan Uki pergi ke tempat yang biasanya Vinna dan temannya tongkrongi, sebuah tempat yang sangat pekat harum kopi dan cokelatnya.
Vinna melepaskan cincin yang ada di jari kelingkingnya dan meletakkan di dekat cangkir kopi Uki. “Lo tau cincin ini?”
“Maksudnya?”
“Jujur, gue ngerasa beda ketika jarak gue sama lo masih dalam satu tempat. Itu elo kan?”
Hening seketika, beberapa menit tak ada yang mengeluarkan suara. Uki terdiam, Vinna pun seperti dirasuki kediaman Uki. Masih dihangatkan dengan wangi jenis kopi yang entah apa itu, tapi sangat menggoda. Rintik hujan yang mulai jatuh dan mengembunkan kaca, seakan ingin mendinginkan dan mencairkan suasana.
“Ya, itu Gue.” Uki menjawab dengan sorotan mata yang mengarah ke Vinna. “Gue yang masukin cincin itu ke jari lo, tapi cincin itu bukan dari gue, Vin.”
“Lalu? Dari siapa?” Lontaran jawaban dan rasa keingintahuan Vinna sangat besar terlihat dari sosok matanya.
“Jo.” Jawab singkat Uki.
“Apa?” Vinna masih tak mempercayainya dan mengulangi pertanyaan.
“Jonathan.”
“Jo sering memperhatikan elu, Vin. Tapi dia gak berani mau berteman atau hanya mengucap hai. Tanggal itu, dia tau kalo lo ulang tahun. Hanya ada permata terakhirnya di dunia, setelah kematian ibu nya. Peninggalan cincin yang Jo putuskan untuk menjadikan sebuah hadiah ulang tahun buat lo. Tapi dia takut, lo bakal nolak. Akhirnya, dia minta tolong ke gue buat ngasih cincin itu ke elo, Vin.”
“Waktu itu masih kecil, lo gak lagi ngarang kan, Ki?”
“Ngga ada guna nya juga gue bohong. Pas di perpus, itu bayangan gue, Vin. Sorry udah buat lo ketakutan.”
“Lo ngapain ngikutin gue?”
“Awalnya gue mau ngomong masalah cincin itu, gue pikir lo bakal nerima Jo setelah lo tau kebenaran 13 tahun yang lalu.” Uki melepaskan pandangannya terhadap Vinna.
Masih dalam percakapan yang belum bisa terbayangkan bakal terjadi seperti ini, tiba-tiba Jo datang. Dengan wajah heran dan takut, baju yang basah karena hujan, Vinna dan Uki sontak kaget melihat Jo yang tiba-tiba datang.
“Jo.” Uki kaget dan tak habis pikir kenapa Jo bisa tau keberadaannya.
“Apa-apan ini, Ki?” Jo menatap Uki dengan tatapan kesal dan penuh amarah.
Dengan sigap dan cepatnya Vinna berdiri, Vinna langsung memeluk tubuh Jo yang ada di sampingnya dalam keadaan basah.
“Maaf.” Vinna masih dalam posisi memeluk Jo.
“Gak, Vin. Aku yang salah. Aku belum berani bilang jujur sama kamu, Vin.” Jo mengeratkan pelukannya.
“13 tahun aku dihantui bayangan yang selalu muncul, tapi aku gak tau itu siapa. Bayangan yang selalu mengucapkan kata-kata yang tak aku ketahui aku harus menjaga siapa. Aku gak bisa buang cincin ini, karena sangat berat untuk membuangnya. Beberapa tahun ini rasanya sangat berat bagiku, Jo. Aku kadang nangis, karena cincin ini seakan-akan mengharuskan aku untuk menemui yang dia tuju. Yang harus aku lindungi, ibu mu adalah bayangan itu. Dan kamu adalah tujuannya, Jo.” Vinna melepaskan pelukannya, dan mengelap air mata.
“Maaf, kalo selama ini kamu menanggung perasaan ini, Vin. 13 tahun aku memperhatikanmu, tapi baru kali ini aku berani bicara.”
“Tujuan ku sudah tercapai, Jo. Mungkin aku harus mengembalikan cincin ini ke kamu, bukan aku yang dituju oleh cincin itu, Jo.” Vinna mengulurkan tangannya, mengharapkan Jo mengambil cincin itu.
Seperti harapan Vinna, Jo mengambil cincin itu. Vinna meninggalkan Jo..
Seketika, Jo menarik tangan Vinna.
“Gak, Vin. Ibu memilih kamu buat aku.” Jo memasukkan cincin itu ke jari tengah Vinna, walau hanya diujung jari, cincin itu bisa mendarat di tangan Vinna. Jo, langsung memeluk Vinna dengan erat.
Bayangan yang selalu hadir di pikiran Vinna, tujuan yang harus di temukan dan dipenuhi, ternyata cincin itu mencari Jo. Lega dan ringannya, itulah perasaan yang sedang Vinna rasakan. Tak ada bayangan, hanya sebuah tujuan yang harus merasakan kebahagiaan.
--
                                                                                                        By. NSW

Salahkan Saja Jarak

Inilah masa- masa galau, masa nya anak remaja yang bingung untuk mencari pasangan hidup. Mencari yang setia tapi sulit, yaaaaa cinta namanya. Ngga asik dan ngga seru kalo ngga ada masa galau tentang cinta, seperti bayam kurang garam atau apalah itu...
Cerita cinta diambang putus atau tetap setia tapi sakit hatinya mematikan. Seorang gadis kelas 3 SMA, memulai kisahnya..
“Ya Allah, kemana sih dia ini. Ngga ada kabar sama sekali,” keluh Bella sambil memegang hp.
Kata “DIA” dikeluhan Bella yaitu Andre, mereka sudah pacaran 2 tahun 4 bulan. Sejak Bella naik kelas 3 SMA, saat itulah Bella memulai kisah LDR “Long Distance Relationship”-nya. Mau dikata apa, ini jalan satu-satunya untuk bilang setia. Jarak tempat yang memisahkan sangatlah jauh, lagipula Andre masuk disalah satu sekolah yang tidak memperbolehkannya memegang hp.
2 minggu tanpa kabar, sms pun tidak ada....
“Kemana sih? Lupa apa ya kalo punya pacar,” keluh Bella saat di dalam kelas.
“Emangnya Andre ga boleh pegang hp, Bel?,” tanya Reni.
“Katanya sih ngga boleh Ren, udah berapa minggu ini ngga ada kabar.” Bella menangis diatas meja dan menutup matanya.
“Ya lo sabar aja ya.” Reni mengelus bahu Bella.
Baru masuk kelas 3 SMA, Bella mulai ngga suka dan ngga betah di sekolah. Dulu, saat Andre masih jadi kakak kelasnya dan belum LDR-an mereka sering ketemu, biasanya Bella ke kelasnya Andre untuk cerita, atau ke kantin sekolah, dan pulang sekolah bareng. Kalo sekarang, semua itu ngga akan terjadi lagi.
“Happy Anniv yang ke 2 tahun sayang,” ucap Bella sambil berjalan ke gerbang sekolah, terlihat mata berkaca-kaca.
“Ngga nyangka gini banget anniv gue, dia aja ngga ngucapin sama sekali,” curhat Bella dengan Reni.
“Kan sabar aja, mungkin dia lagi sibuk dengan sekolahnya dan ngga boleh pegang hp, Bel.”
“Tapi ngga selama ini juga, Ren. Dia itu keterlaluan kalo udah selama ini,” nangis Bella saat di dalam kelas sehingga anak-anak kelas mulai bertanya.
“Kenapa Bella? Kok nangis,” tanya anak kelas.
“Biasalah”, jelas Reni singkat.
Tiba-tiba....
“Aduh sakit dada gue”, Bella sambil memegang dada dan ulu hati nya menangis histeris.
“Kenapa Bel? Ke UKS aja yuk”, ajak Fikri.
“Ngga mau ngga mau,” tolak Bella.
Anak-anak kelas langsung melihat apa yang terjadi. Dan di sekeliling meja Bella rame dengan mereka, dan panik.
“Woi, pencet tangan nya aja. Coba sini Bel tangan lo,” Fikri langsung menarik tangan Bella dan memijitnya.
“Ah sakit Fik, sakit”, jerit Bella sambil menangis.
“Bel, udah ke UKS aja ya. Kasian lo nya,” bujuk Sisi.
“Ngga mau, sakit ya Allah sakit,” rintih Bella yang membuat anak-anak pada panik dan sedih.
Seisi kelas panik karena Bella yang tiba-tiba histeris sakit dan menangis, sekitar 10 menit kejadian itu terjadi. Dan akhirnya Bella merasa lebih tenang.
“Bel, lo kenapa sih? Jangan kayak gini dong, kok lo jadi lemah gini sih,” tanya Ica
“Ngga tau ada apa dengan gue,” jelas singkat Bella sambil merapikan buku.
Jam sekolah berakhir, waktunya untuk pulang..
--

Bella pulang ke asrama dan langsung tidur. Untuk semester 1 di kelas 3 ini, Bella sangat kacau. Sampai nilai semesteran pun anjlok dan Bella turun peringkatnya.
“Pak, aku dapet rengking 2”, ucap Bella saat di telepon ayahnya.
“Alhamdulillah, kamu belajar yang rajin lagi ya nak”, jawaban ayah yang sangat bangga dengan anaknya.
Hanya karena LDR, Bella merasa dia sangat lemah dan tidak seceria dulu. Saat itu, MID SEMESTER berlangsung.
Entah mengapa Bella mulai merasakan deg-degan jika sedang bersama lelaki ini, ya teman sekelasnya sendiri. Bella mulai memperhatikan Kiki secara diam-diam, saat di kelas Bella selalu memperhatikan gerak-gerik Kiki. Sedang belajar atau apapun itu, Bella seringpula mencari perhatiannya Kiki. Tapiiii, Kiki ngga merespon...

Saat di asrama, Bella mulai bercerita dengan Ute. Ute adalah adik sepupunya Kiki, jelas ini akan berhasil untuk pdkt-nya mereka. Sejak saat itu, Bella mulai melupakan Andre. Bella pikir, ngapain terus-terusan mikirin pacar yang ngga pernah ngasih kabar. Itu membuat sakit hati dan tertekan..
“Te, aku kok mulai memperhatikan Kiki ya..” Cerita Bella dengan malu-malu.
“Ciee, lo suka sama Kiki ya? Udah deketin aja, Bel,” goda Ute.
“Ah gila, ngga ngga! Kiki kayaknya ngga suka sama gue, liat dari tingkah dan sikapnya ke gue itu nihil banget, Te,” keluh Bella.
“Dicoba dulu, ntar gue bantuin Bel,” Ute mulai memberi semangat Bella.
--

Bella mulai mengejar cintanya itu, sangat semangat walaupun Kiki belum memberikan respon. Setiap malam memang Bella dan Kiki smsan, membahas sesuatu yang ngga lucu sebenarnya. Semenjak itu dan seterusnya, Bella dan Kiki mulai akrab. Tapi susahnya, Kiki tipekal lelaki pemalu dan sangat pemalu..
“Bel, temenin ke rumah Bude ku yok..” Ajak Ute.
“Ayok, ada Kiki kan disana?hehe.” Bella langsung siap-siap.

Sampai juga di tempat, Bella dan Ute langsung salaman dengan pakde dan bude nya Ute. Dan terlihat Kiki lagi asik di depan komputer..
“Hai Ki, lagi ngapain?” Melihat ke arah komputer.
“Maen poker, lo ngapain kesini?” Tanya Kiki tetap fokus ke komputer.
“Nemenin Ute..” Jawaban singkat dari Bella.
Terlihat kalo Kiki malu dan kaget dengan kedatangan Bella, dan suatu hari Bella diajak Ute nginep di rumah budenya. Karena besok mereka akan ikut acara try out di deket rumah budenya itu.
“Ngapain kalian disini?” Tanya Kiki dengan muka heran.
“Gue mau nginep,” Ute menarik tangan Bella dan langsung mengajak ke kamar atas.

Malamnya..
“Maen kartu yuk..” Ajak Ute.
“Setsot ya..”, minta Bella.
“Ayok, kalah kena apa nih?” Tanya Kiki.
“Yang kalah di coret pake lipstick gimana?” Ide Bella
“Boleh tuh,” jawab Ute dan Kiki.

Acara maen kartu pun dimulai, dari awal maen Bella belum pernah kalah. Yang kalah adalah Kiki, sampai akhirnya Bella kalah dan harus dicoret mukanya. Sangat tidak disangka, saat itu Bella dan Kiki mulai merasa suatu perasaan dari hati ke hati. Intinya, Kiki mulai jatuh cinta dengan Bella..
Sejak itu, mereka dekat. Kalo di sekolah mereka sering ngobrol, becanda dengan anak-anak, tetap Bella sering mencari perhatian Kiki. Untuk saat itu, Bella seperti mempunyai dua dunia. Satu dunia bersama Kiki, dan satunya lagi bersama Andre yang tidak ada kabar.
--

Acara pdkt..
“Te, karaokean yuk..” Ajak Bella.
“Yaudah sms Kiki sana, ajak dia juga,” jawab Ute sambil nonton tivi.
“Okeeee say.” Bella langsung sms Kiki, dan......
Kiki mengiyakan tawaran Bella, sejak itu mereka sering karaokean bareng, nonton bioskop bareng, dan makan bareng.
Tiba-tiba...
“Hai, kamu apa kabar?” Sms Andre.
“Ini siapa?” Balas Bella.
“Ini aku. Kamu sehat kan?” Tanya Andre di sms.
“Gila, akhirnya sms juga”, ucap Bella sambil membaca sms.
“Baik, kamu? Kemana aja kamu?” Tanya Bella.
“Aku belum boleh pegang hp, maaf ya,” balas Andre

Dunia kedua Bella akhirnya berwarna juga, kegalau-an Bella meningkat. Siapa yang akan Bella pilih, untuk sekarang Kiki yang paling membuat dia nyaman. Awalnya Bella tidak pernah berpikir akan seperti ini, setelah sms Andre terakhir itu.. Andre tidak ada kabar lagi.
Di kelas..
“Bel, gimana sama pacar lo?” Tanya Fikri.
“Masih pacaran kok, kenapa Fik?” Tanya balik Bella sambil memutar badan ke arah Fikri.
“Kalo kata gua ya, mending lo udahin aja. Kalo sekolah gitu sih bisa aja dia selingkuh, kan pas lagi berlayar dia...” Jelas Fikri yang tertunda.
“Apaan sih Fik, ngga mungkin lah dia kayak gitu,” jawab Bella dengan nada agak tinggi.
“Ya itu sih terserah elo,” saran Fikri dan langsung mengerjakan tugas.

Beberapa bulan setelah kejadian itu, Bella meminta putus kepada Andre. Dengan alasan, Bella tidak kuat dan tidak sabar dengan hubungan itu. Komunikasi jarang, bahkan untuk bertemu saja ngga mungkin banget.
“Kamu kenapa? Aku ngga mau putus, bentar lagi aku libur. Aku bakal nemuin kamu kok,” ucap Andre lewat telepon.
“Kamu janji?”, tanya Bella.
“Iya, aku janji sayang. Love you..” Jawaban Andre yang membuat Bella sangat percaya.
Bella dan Kiki tetap dekat, seringkali Kiki menggoda Bella untuk jadi pacarnya. Tapi, Kiki hanya becanda. Kiki tau kalo Bella masih punya Andre.
“Sayang, maaf ya aku ngga bisa nemuin kamu. aku ngga bisa pulang,” ucap Andre ditelepon.
“Kenapa?” Tanya Bella.
“Mbah aku sakit, jadi aku ngga dibolehin pulang,” jelas Andre.
“Kemarin kamu janji kalo kamu bakal pulang dan nemuin aku, tapi kenapa jadi gini?” Ucap Bella ditelepon sambil menangis. Dan Bella menutup telepon.

Bella ngga percaya hal kayak gitu bakal terjadi, dan yang paling membuat Bella sedih adalah Andre yang gampangnya melupakan kesedihan yang baru terjadi. Bella stalking-in twitter andre, sangat jelas andre sedang mention-an dengan teman-temannya termasuk teman wanitanya.
“Kamu itu ngga mikirin aku apa?” Tanya Bella dengan bentakan ditelepon.
“Memangnya kenapa sayang?” Tanya Andre.
“Aku disini sedih karena kamu ngga nepatin janji kamu, tapi kamu malah mention-an dengan mereka. Aku udah sabar nunggu kamu, bukan ini yang aku harapin. Seenggaknya kamu bisa mentingin aku dulu, kamu ngga tau kalo aku ini kangen kamu?” Bella menangis.
“Iya sayang, maafin aku ya. Aku ngga tau bakal kayak gini jadinya,” jelas Andre lembut.

Mulai saat itu, Bella sangat kesal. Waktu yang dinantikannya malah seperti ini, akhirnya Bella minta putus untuk kesekian kalinya, dan mereka putus..
--

Sebulan setelah itu, Bella mencoba menghapus semua memory cintanya.
“Maaf, aku belum bisa nunggu kamu disini,” ucap Bella sambil melihat foto kenangan dia bersama Andre.
Hidup kedua Bella sudah pudar, dan sekarang dunia Kiki yang memulai dari awal.
“Kamu mau jadi pacar aku,” ucap Kiki.
“Ki...”, terpotong
“Aku bakal jagain kamu,”
“Iya,” jawab singkatnya Bella.
Akhirnya mereka jadian, dan belum seorangpun yang tau.
Di kelas..
“Bel, kalian jadian tah?” Tanya Dion.
“Hayo ngaku aja, sama kita ini kok,” tanya Wowo penasaran.
“Ngga kok, tanya aja sama Kiki nya,” ledek Bella.
Hahahaha...
Sampai akhirnya anak kelas tau kalau Bella dan Kiki jadian, dan itu gempar banget. Bella dan Kiki jadi bahan ledekan anak kelas, dan anak-anak kelas pada posting di twitter kalo Bella dan Kiki jadian.
Kiki yang sangat pemalu, kalo diledekin dengan anak-anak dia pasti salting. Hem, maen kartu setsot dikalangan anak cowok kelas, yang kalah nembak cewek di depan kelas dengan terang-terangan..
Posisi Bella lagi tidur selonjor di bangkunya.
“Hahaha, Kiki bakal kalah kayaknya nih,” ledek Fikri.
“Ayo jatohin Kiki,” kata Jodi dengan semangat nya.
“Woi parah banget kalian, jangan bersekongkol geh buat jatohin gue,” minta Kiki dengan wajah lesu.
“Yeee, suka-suka kita dong,” jawab Fikri sambil tertawa.

Dan jrengjrengjreng, akhirnya Kiki kalah. Uyeeee, waktunya acara tembak menembak di depan kelas..
“Bella mana Bella?” Tanya Fikri.
“Itu tuh lagi tidur, bangunin aja,” ucap Ica dan Sisi.
Suasana kelas yang tidak ada guru semakin panas aja, anak-anak mulai berteriak..
“Tembak..tembak..tembak,” suara anak kelas.
Bella bangun dan ngga tau apa-apa..
“Ada apaan sih?” Tanya Bella dengan Ica.
Tiba-tiba Kiki langsung menghampiri Bella..
“Ayo dong Ki, tembak!!” Tegas Fikri.
Suasana kelas ribut, ada yang berteriak histeris, ketawa ngakak, ada yang video-in, foto-foto. Intinya bukan seperti kelas anak sekolahan.
“Bel, kamu mau ngga jadi pacar aku?” Kiki sambil memberi bunga pot yang ada di depan kelas. Dan anak-anak semakin histeris.
“Terima..terima..terima..” Teriak anak kelas.
Bella yang kebingungan, apa yang sedang terjadi..
“Udah ambil aja bunga nya,” bisik Kiki.
Bella langsung mengambil bunga yang ada di tangannya Kiki..
“Cieeeee,” suara anak-anak kelas yang histeris.
Itulah kisah Bella dan Kiki, mereka berdua menjadi bahan ledekan anak kelas bahkan guru-guru. Kelakuan Bella dan Kiki, kalo tidak ada guru selalu ngobrol berdua, pulang sekolah berdua, makan berdua. Kadang Bella dan Kiki telat ke sekolah sama-sama, padahal tidak direncanakan. Saat anak-anak sudah di kelas, tiba-tiba Bella dan Kiki masuk dengan bersamaan. Dan apa yang terjadi..
“Cieee berangkat barengan, telat juga berduaan. Cieeee,” ceplos anak-anak kelas.
--
                                                                 
                                                                                            By. NSW
 

This Template Was Found On Elfrida Chania's Blog